Skip to main content

INI INDONESIA

Ini Indonesia

Pernah ngga terlintas di pikiran kalian seberapa bangganya kalian jadi warga Indonesia? Well, for most people mungkin akan bilang “gue bangga kok jadi orang Indonesia”. Trus kalau gue tanya balik “bangganya kenapa?” mungkin akan ada beberapa yang jawab “bangga, karena Indonesia kaya sama kebudayaan, alam nya juga kaya”.
Hmmm... wait. Have you guys ever thought like this?


1.     Indonesia adalah “anak yang terlahir di keluarga kaya”
Sama seperti yang lain, gue selama ini menjadi salah satu orang indonesia diantara ‘hampir semua oraang’ yang akan bilang betapa bangganya ia akan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Well, memang tidak bisa dipungkiri, gue juga bangga sekali. Seperti betapa indahnya alam kita, betapa banyaknya sumber daya alam potensial yang kita punya. Tapi pernah kepikir ga si?

Kenapa kita bangga sama alam yang notabene itu Tuhan yang buat, Tuhan yang kasih, kita tinggal nerima doang? Why? Gue belum lama ini terpikir, bukankah analoginya sama saja kaya, kita, bangga karena terlahir di keluarga yang kaya? Yang sudah punya banyaaaak sekali – let say – perusahaan sebagai sumber daya alam kita, yang akan potensial untuk kita nantinya. Kita bangga karena terlahir di rumah yang sangaaaaat besar, yang sudah ada segalanya di dalamnya. Bukankah akan sangat angkuh kalau kita bangga dilahirkan sebagai anak orang dari keluarga yang sudah kaya, bahkan dalam konteks Indonesia, kekayaan itu diberikan Tuhan.  Bukan nenek moyang kita yang buat.

Sedangkan, di negeri-negeri lain, mereka terlahir tidak punya apa-apa bok. Negeri mereka miskin, sumber daya alam ngga ada, iklim aja ekstrim, ngga bersahabat, susah buat nanem ini itu, sumber minyak jarang, miskin banget saat mereka dilahirkan. Tuhan ngga ngasih kelimpahan harta ke mereka, ngga kaya Tuhan ngasih ke Indonesia. Tapi apa yang terjadi? Karena keadaan mereka yang menyedihkan itu, mereka fight sekeras tenaga, otak mereka bekerja. Mereka berusaha sebisa mungkin.

Saat pada zaman dulu, kalau anak Indonesia kelaparan, dia tinggal melangkah sedikit di rumahnya dan akan menemukan pohon yang ngasih pisang, apel, dan segala macam buah dari A-Z. Melangkah lagi, akan dengan gampangnya nemuin umbi-umbian yang bakal bikin kenyang untuk makan, dan pergi agak jauhan, akan ada lautan yang sangaaaat luas, yang didalmnya akan ada ikan dari jenis A-Z. Bosen sama yang ada, istilahnya tinggal nancapin tonggak di tanah pun akan tumbuh tumbuhan dengan sendirinya. Segitu enaknya anak Indonesia dilahirkan dari keluarga kaya yang punya semuanya.

Sedangkan orang di negeri antah berantah itu? Mereka lapar, orang tua mereka – tanah mereka – ngga punya apa-apa. Boro-boro pohon yang berisi buah segala macam, umbi-umbian ngga ada, bahkan udarapun ekstrim. Disaat dingin, dinginnya akan sangat menusuk, kalau panas, panasnya akan sangat-sangat panas. Sulit untuk tumbuh tanaman. Tapi kondisi anak miskin tersebut justru tidak bikin mereka malas. Mereka bekerja sebisa mungkin, mereka memaksimalkan satu-satunya pemberian dari Tuhan yang mereka punya, yaitu “otak’. Hasilnya apa? Mereka dewasa dengan segalaaaa macam hal yang sudah mereka ciptakan. Pemikiran mereka, teknologi, segala macamnya mereka ciptakan. Tanah mereka tandus, mereka menciptakan alat yang bisa menggemburkan tanah mereka. udara mereka dingin, mereka ciptakan alat untuk memanaskan rumah mereka. mereka ciptakan segalanya, karena apa? Mereka sesungguhnya tidak punya apa-apa.

Trus pertanyaannya, hai orang Indonesia. Kamu kok sombong sih jadi anak orang kaya? Yang kaya kan orang tuamu – tanah mu, wilayahmu – dan bahkan itu semua ciptaan Tuhan, bukan ciptaan kalian sendiri. Kenapa karena semua keenakan tersebut, kalian jadi malas? Gue sedih deh liat kalian. Seharusnya kalian bersyukur jadi anak orang kaya yang sudah tersedia segala macamnya, dan berfikir keras untuk tidak terlena dengan itu semua, untuk tidak malah menjadi malas dan menghasilkan sesuatu menggunakan hal-hal yang sudah kamu punya tersebut. tapi apa? Kalian menciptakan pemikiran-pemikiran seperti para filsuf? Kenapa gue blm pernah mendengar filsuf bernama orang Indonesia? Orang Indonesia kemana?

Disaat zaman orang-orang Eropa sudah bisa menciptakan perahu, dengan suhu wilayah mereka yang dingin, mereka berusaha mencari sesuatu yang bisa menghangatkan mereka. mereka berkelana keliling dunia, dan lama kelamaan mereka melakukan yang kita sering sebut “civilization”. Disaat orang-orang Eropa berfikir, dan menciptakan peradaban, orang Indonesia kemana? Ngapain? Makanin tumbuhan di belakang rumah?

Disaat orang-orang barat kesulitan untuk pergi dari satu tempat ke yang lainnya, mereka membuat mobil, kendaraan yang memudahkan mereka. pas itu, orang indonesia ngapain? Nyelem nyari ikan? Why? Why are indonesian people naturally so lazy? Apa memang dimana mana anak yang terlahir dari keluarga kaya itu naturally jiwa juangnya akan lebih rendah dari anak yang terlahir miskin? But why?

Trus kemudian, masih bangga jadi orang indonesia? Bangga lahir dari orang tua yang kaya, tapi kita sendiri, kalian sendiri belum bisa menciptakan apa-apa? Selama ini yang kita bisa Cuma menggunakan yang sudah ada, menghabiskannya, tanpa bahkan merawatnya. Buktinya apa? Liat deh yang bisa kita jual apa? Hasil bumi, tambang, minyak, buah-buahan, dsb. Itu semua kan udah ada dari Tuhan. Semua pemberian Tuhan. Kita Cuma ngejual apa yang ada tanpa melakukan improvisasi apapun. Liat deh Thailand, walaupun mereka juga hebat dalam menjual buah-buahan dan pertanian, tapi yang mereka jual tidak dalam bentuk mentah. Mereka mengolah tanaman mereka dengan pengetahuan, dengan genetika, dengan teknologi, yang hasilnya apa? Kan aslinya durian mereka biasa-biasa aja, tapi karena dengan pengetahuan dan kehebatan otak mereka, durian mereka menjadi punya kualitas top dunia. Kok bisa? Bahkan tanah kita lebih subur loh dibanding Thailand. Kenapa? Ya karena mereka mau berfikir!! Mereka ngga berpaku tangan akan apa yang ada. Mereka sadar mereka tidak sekaya kita, makannya mereka melakukan sesuatu. Hasilnya apa? Sekarang kita lebih miskin J

Trus barang tambang, hasil bumi. Kita keruuuuk sedalam-dalamnya tanpa menggunakan kekuatan ‘otak’. “kok lo ngomong gitu sih ta?” mungkin kalian akan bertanya gitu. Buktinya apa omongan gue? Liat deh, eksploitasi dimana-mana, tanpa ada batas, tanpa ada tindakan rehabilitasi – memperbaiki lahan yang sudah rusak karena sudah kita keruk – ia kan?. Trus mereka yang ngga punya hasil alam, mereka memutar otak sebisa mungkin bagaimana bisa mendapatkannya – terlepas dari bagaimana ada beberapa diantara mereka melakukan cara yang tidak baik untuk mendapatkannya – tapi yang mereka lakukan apa? Si anak-anak orang miskin tersebut belajar dengan giat, menjadi orang kaya, trus mereka melakukan ekspansi investasi ke negara-negara yang punya hasil alam. Kata mereka “gue punya  uang nih, lu ngga punya uang kan? Gue punya teknologi nih, lu ngga punya kan? Gini deh, gue nanem investasi disini, pake teknologi gue, tapi gue ambil hasil bumi lo. Lo untung kok, orang-orang lo bisa kerja di gue, dapet duit loh. Daripada kalian kerja sendiri, ngeruk ni hasil bumi pake pacul, lama, susah, mending pake alat gue, lebih efisien”...itu yang terjadi kan? Lama-lama harta kita dipake orang lain. Malah mereka yang lebih hebat ngolah harta kita dibanding diri kita sendiri, si empunya. Malu ngga sih lo? Gue sih malu!

2.     Sebenarnya siapa yang ngga bermoral sih?

Saat ada pembicaraan mengenai trend barat lah, orang Indonesia yang semakin ngikutin orang barat, pakaian yg trend semakin terbuka, gaya hidup anak muda yang lebih “free”, dsb. Melihat hal-hal tersebut, orang Indonesia – dan mungkin diantara lo pasti ada yang pernah beranggapan serupa – akan bilang bahwa itu adalah akibat dari westernisasi, kan orang barat ngga bermoral. Pasti banyak yg bilang kalau itu tuh ngga sesuai sama moral kita, itu tuh style barat, dsb. Tapi pernah berfikir deh, pembicaraan tentang terbukanya aurat, gaya pacaran, dll, itu moral atau akhlak? ITU AKHLAK CUY.

Mau bandingin mana yang lebih ngga bermoral? Orang Indonesia, disuruh buang sampah di tempatnya aja susah banget. Banjir, nyalahin pemerintah J trus, disuruh matuhin peraturan, malah buat istilah “peraturan dibuat untuk dilanggar”, bisanya Cuma protes, disuruh belajar yang rajin, bilangnya nilai bukan segalanya, yang pinter aja bisa ngga sukses. Pantaslaaah Indonesia ngga bisa menciptakan apa-apa. Ada busway, malah jalurnya diserobot. Males naik busway bilangnya “ah, abisnya bisnya lama”, pernah ngga berfikir, kalau semakin banyak yang naik, itu perusahaan blutransjakarta bakal lebih untung, trus mereka bisa perbanyak bus dan stasiun pengisian bahan bakar, bakal lebih cepat kan? Bakal lebih improve kan? Kok susah banget sih disuruh mendukung peningkatan kualitas negerinya sendiri? Orang Indonesia, kerja malas, masih segar bugar malah ngemis, trus yang paling nempel di semua orang Indonesia itu, ngga pernah bisa datang tepat waktu. Itu baru yang ngga bermoral J sorry to say, tapi itu kenyataan. That hurts kan? Yup that’s Indonesia’s people behaviors.

3.     Anak orang kaya ini, kok malas ya? Trus maunya enaknya doang, tapi ngga nurut sama peraturan.

Like what i said before, orang Indonesia itu anak orang kaya. Disaat orang-orang di negeri lain mau makan, tetapi yang ada dilingkungannya hanya udara dingin, dan salju, mereka berfikir keras akan bagaimana untuk mendapatkan makanan. Akhirnya apa? Mereka membuat peralatan dsb yang bisa menunjang mereka untuk menanam makanan. Orang Indonesia? Orang Indonesia kayaaa banget. Mau makan, di halaman belakang rumah udah ada padi, singkong, pisang, dan mau tanam apaaa aja bisaaa. Tapi hasilnya apa? Kok orang Indonesia jadi malas ya? Duuuuh dasar anak orang kaya :”

Trus sering kan denger atau bahkan kalian pernah bilang statement seperti ini “ngga usah terlalu ngoyo belajar, nilai itu bukan segalanya” iyaaa, dan akhirnya orang Indonesia pada ngga fight banget disaat belajar. Dikasi tugas banyak, ngeluh, dikasih requirements akan tugasnya tinggi, ngeluh lagi. Hasilnya apa? Orang-orang western yang dibilang ngga bermoral padahal jauh lebih bermoral daripada kita, mereka ngga kemakan omongan tersebut, hasilnya apa? Mereka pintar, cerdas, mereka ahli di akademis bidangnya masing-masing, akhirnya mereka menemukan ini itu, menciptakan ini itu, membuat teori ini itu. Kita? :”

Kenapa belajar saja malas sekali? Kenapa orang yang rajin belajar di Indonesia justru dipandang remeh dan terlihat aneh? Iya dipandang remeh. For example, sudah tidak dielakkan lagi, gue sebagai anak yang memang suka belajar, pandangan orang-orang disekitar pasti sama “setiap hari belajar keras, orang pinter juga ngga semuanya pas lulus dapet kerjaan bagus kok, ngga mesti pintar untuk sukses” tapi sekarang gini deh “kalau yang rajin belajar, yang pintar aja tidak ada jaminan akan sukses, apalagi yang bodoh dan malas? Pendidikan formal itu seperti jalur utama jalanan mudik. Jalur utama pasti lancar, besar, dan mulus kan? Jalur alternatif justru berbahaya, berbelok belok dan rusak. Kalau kita berjalan di jalur utama aja dibilang belum tentu selamat, apalagi kita ambil jalur alternatif?” think again! Memang sih, ada orang yang tidak sukses di pendidikan formal tapi bisa sukses, tapi itung deh, mereka tuh sedikiiiiitttt. Dan mereka terlihat banyak karena hampir semua dari mereka pasti terkenal. Yang jarang kan pasti terkenal. Tapi kalau kita lihat yang mayoritas di perusahaan jadi direktur, manager, CEO, orang-orang kaya kebanyakan yang tidak tersorot, kalau kita tanya mereka pasti latar belakang pendidikan mereka, beeeeh ngga usah ditanya. CEMERLANG!!

Think again ya wahai warga Indonesia sebelum mengeluarkan statement.
Oia mengutip dari film “You are the Apple of My Eye”: aku tidak memandang rendah orang yang nilainya jelek. Tetapi aku memandang rendah orang yang malas belajar tetapi justru memandang rendah mereka yang rajin belajar”

4.     Bangga, tapi ngga mau kerja keras.

Semuaaaaa orang Indonesia pasti bangga dengan kekayaan alam Indonesia. Tetapi justru sayangnya itu semua membuat kita jadi malas. Kita kaya kopi, tapi merk kopi kita ngga mendunia seperti starbucks. Kita kaya buah-buahan tapi justru yang mendunia itu jeruk mandarin, jeruk florida, durian thailand, dll. Kita dibilang negara yang mayoritas penduduknya petani, tapi beras aja import. Kita dibilang penghasil tempe terbesar di dunia, tapi kedelainya 70% import dari amerika. Kenapa?
Karena kita bisanya hanya mengambil. Mengambil mentah-mentah yang diberi oleh alam tanpa mengolahnya. Semuaaaa yang kita jual itu dijual dalam bentuk mentah, tidak ada yang diolah supaya hasilnya lebih baik, lebih banyak dan lebih awet. Duuuh orang Indonesia malas belajar dan jadinya ga tau apa-apa trus ngga bisa menciptakan apa-apa siiih. Bisanya Cuma menghabiskan kekayaan yang diberi Cuma-Cuma. Miris.


Kalian trus pasti berfirik, “ta, kok lo gitu sih? Trus lo ngga bangga dong jadi anak Indonesia?”
My answer will be “oh, bangga dong!!”.
“kenapa?”
Sekarang gini, istilahnya sama saja seperti gue ditanya bangga ngga dilahirkan di keluarga gue. Ngga peduli seberapapun buruknya perilaku orang-orang di keluarga gue  - indonesia – gue tetap harus bangga dengan mereka, gue harus tetap bangga dengan negeri ini. Karena disinilah gue dilahirkan.

Tapi ada satu hal yang sangaaaat patut dibanggakan tentang indonesia – dan harus dijaga juga – yaitu kebudayaannya. Tidak seperti alam yang kita terima secara Cuma Cuma, kebudayaan kan ciptaan manusia, ciptaan nenek-moyang kita. Kita harus bangga dengan itu. Dan tetap menjaganya.

Jangan salahin negara lain, jangan salahin pemerintah kalau kebudayaan kita ada yang hilang begitu saja atau direbut negara lain, orang kita sendiri ngga mau neglakuin kok. Kebudayaan itu, ngga peduli seberapapun hebatnya kebijakan pemerintah tentang kebudayaan, tetap aja kalau manusia-manusianya ngga mau menjaga ya bakal hilang;. Kebudayaan kan kebiasaan. Jadi harus terus menerus dibiasakan.

Over all, kita harus tetap bangga. Akan durhaka kita sebagai anak indonesia jika kita bilang kita ngga cinta sama negara ini, dan ngga bangga sama negara ini. Dan gue setiap hari berdoa supaya negara ini menjadi lebih baik. Tapi doa gue akan sia-sia kalau kalian masih senang melanggar peraturan karena menurut kalian itu fun, doa gue akan sia-sia kalau kalian masih malas belajar dan malas mengejar cita-cita yang kalian pikir impossible itu padahal sangat amat possible. Gue akan sia-sia setiap hari belajar giat dan berdoa demi indonesia, kalau kalian masih berperilaku tidak bermoral dan tidak berusaha berkontribusi apa-apa untuk negara ini. Kalau kalian bingung mau berkontribusi apa, kita, dan gue yang masih berumur muda ini juga sesungguhnya masih belum tau apa yang bisa gue kontribusiin, tapi gue percaya, as we keep on trying, rajin belajar, serius akan apa yang sedang kita tempuh sekarang, ngga gampang menyerah dengan keadaan, kita pasti suatu saat akan menemukan jalan untuk berkontribusi untuk negara ini kok, di jalan kita masing-masing. Pasti. Pasti! Kuncinya apa? Fokus sama cita-cita kalian, fokus dan serius mengerjakan plan kalian untuk meraihnya, dan jangan lupa, rajin belajar kalau kamu masih berstatus murid dan mahasiswa. Dan kamu yang sudah bekerja, please, dont ever stop reading. Apa untungnya membaca itu? Baca lagi deh artikel-artikel gue sebelumnya tentang “lo suka baca nggak?” part 1-3 J
Terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

My University Life Story; Sophomore Year

Have I told you how severe my condition when I started my freshman year?? Have I told you that with that small amount of money, it was only enough for me to pay for the transportation (the long and tiring one) and a small pack of an ice tea?? YES it was only enough for that, daily. Every single day, I had to bring my own lunch box and a tumblr full of water from home... That added my heavy bag full with books already. No wonder I was always so small no matter how much I ate. lol :) Before you continue reading this article of my sophomore year in university, I strongly suggest you to read my freshman year story first, here: "Oktafia's Freshman Story" . So, let's now continue the story :)

My University Life Story; Junior Year

I remember that night as I just finished my class and I was on my way back home. It was a usual tiring day as I was walking down the bus’ shelter, crossing the super long bridge to take another bus route, it was so tiring both physically and mentally. I opened up my phone and looked up for the result of my latest test for the student exchange program to Beijing, only to find out I failed. All over again. I could not hold back my tears as I cried on my way to the bus, in that public space. In a flash, all the memories of failures came across my head. I remember back in high school, I held no money more than transportation fee as usual. But I braced myself with a friend to go miles away to the southern part of Jakarta, back and forth so many times after school and went back home late, for the student exchange program tests. These 2 kids of 14 years old running under the rain in the middle of the night, miles away from home, to get to the bus, only to try many times for the student e

Contoh Essay dalam B.inggris

seperti di postingan gue sebelumnya, gue pernah share tentang tips2 nulis beasiswa biar tembus buat univ2 dalam negri... and there you gooo... berikut ini adalah 2 essay gue yg tembus di universitas paramadina... *jadi beasiswa universitas paramadia itu ada 2 tahap, tahap pertama seleksi essay dari 1000 peserta seluruh indonesia, akan dipilih 150 essay/peserta untuk ikut tahap kedua yaitu tahap interview...dan berikut adalah kedua essay gue yg bikin gue lolos tahap interview beasiswa paramadia *pengumumannya sih belom, doain ja yaa* oia essay yang gue tulis dua duanya pake bahasa inggris *walaupun gak diwajibin dari pihak univ* tapi pake bahasa asing itu jadi nilai plus