Ia masih melihat-lihat sekolah itu dari bagian luar aula. Betapa tertegun ia melihat sekolah itu penuh dengan para hawa, ah segar sekali matanya setelah selama ini yang ia lihat hanyalah para laki-laki berkepala ‘botak tumbuh’ di sekolahnya.
Saat ia memauski aula, pandangan suramnya tiba-tiba menjadi cerah, cerah seperti matahari yang baru menampakkan dirinya di pagi hari.
Ya tuhan, siapa bidadari cantik di sela-sela kerumunan itu yang telah berani mencuri hatinya sejak pandangan pertama?
Saat ia melihat gadis itu, dengan rambut hitam mengkilatnya yang lurus menawan, mata coklatnya, dan bibirnya yang membuatnya yakin kalau malaikan itu adalah bidadari yang diturunkan dari langit.
Walau ada ratusan wanita di sekolah itu, hanya bidadari itu yang membuat ia kehilangan akal sehatnya.
Lekukan sempurna dari gadis itu, caranya berbicaram setiap gerakan yang dilakukan gadis itu membuat ia gila.
Ia mulai membayangkan hal-hal indah dan seronok yang ia lakukan dengan gadis itu hanya dengan menatapnya.
Setiap kali pandangan denis tertuju pada bibir tipis dan merona pada gadis itu, betapa ia gila karena ingin sekali merasakan bibir-bibir indah itu.
Saat ia menatap pinggang mungil itu dengan lekukannya yang sempurna, ingin sekali ia meraih pinggang itu dan memeluknya dengan tangan-tangan besarnya.
Ya tuhan, lancang sekali ia berani memikirkan dirinya bersanding dengan bidadari itu.
Ia memang tidak jelek, namun saja ia merasa bahwa ia---tidak pantas bersanding dengan bidadari itu.
Ya tuhan, siapa bidadari itu? Siapa lelaki beruntung yang bisa merebut hatinya?
Ingin rasanya ia lakukan apapun demi mendapatkan hati bidadari itu, atau hanya sekedar mendapatkan perhatiannya.
Comments